Friday, February 28, 2014

Free Download Emulator PS2

Free Download Emulator PS2

Emulator ps2 pastinya sebagian orang mungkin sudah mengetahui apa itu emulator ps2, yang kali ini akan admin Wira-Gamerz bahas dan memberikan downloadan secara gratis alias free. Emulator ps2 ini bisa menjadi salah satu software yang paling diminati oleh para pengguna ps2 untuk bermain game di dalam pc. Berbagai kelebihan serta keunggulan emulator ini terdapat pada pengguaan game yang serupa dan enak untuk dimainkan.

Pcsx yang menjadi emulator ps2 kali ini serta dilengkapi dengan bios, plugins dan sebagainya yang intinya sobat dapat tinggal memakai pcsx ini. Untuk setting joystick / stick usb atau pingin memakai keyboard silakan atur sendiri dikarenakan saya meyakini tentu ada yang memakai stick serta ada juga yang cuma memakai keyboard.


Free Download Emulator PS2
Cara Pemakaian Emulator PS2
  • extrak file yang di download (supaya akhirnya bagus, extractnya di document)
  • lakukan pcsx2. exe dapat keluar penampilan layaknya gambar di screen shoot.
  • bila saat menggerakkan pcsx2. exe keluar catatan msvcr100. dan lain-lain not found, bermakna teman dekat hs mesti menginstall ms visual c++ 2010 (upayakan saat menginstall terkoneksi dengan internet) bila tidak mempunyai dapat download di sini. sesudah install ulangilah langkah yang ke-2.
  • buka menu cdvd serta tentukan iso lantas buka lagi cdvd lantas tentukan iso selector lantas browse. mencari file iso game yang pingin di mainkan lantas ok.
  • sesudah itu buka menu system serta klik boot cdvd  full) / cdvd (fast) tentukan di antaranya namun tambah baik tentukan yang fast. selamat bermain.
  • untuk yang belum dapat setting joystik di pcsx2 0.9.9, dapat tengok tutorialnya di youtube judulnya tutorial setting joystik 0.9.9.
Spesifikasi PC Untuk Emulator PS2
  • windows xp/windows 7 or linux 32bit/64bit
  • cpu : core 2 duo 3. 2 ghz or core-i series
  • gpu : geforce 9600 gt or better
  • 2gb ram ( 3gb or more if using windows vista or windows 7 )
Semoga saja para pembaca setia Wira-Gamerz dengan artikel mengenai emulator ps2 ini bisa bermanfaat dan berguna untuk sobat semuanya. Bagi yang ingin download emulator ps2 sobat bisa langsung klik disini dan perlu diingat anda harus mengikuti langkah diatas sebagai panduan menjalankannya.


Download God of War 1 Full Rip For PC (Link Terbaru)

Download God of War 1 Full Rip For PC (Link Terbaru)

Hallo sobat Kali ini ane mau share nihh game God of War 1. Game yang mengisahkan petualangan Kratos yang sangat seru dan menegangkan, disini kita disuruh membunuh para Demons atau Monster2 Mitologi Yunani semua yang pada akhirnya kita harus dihadapkan Melawan Dewa Ares yang berkhianat kepada Kratos. Walaupun udah lama rilisnya tapi game ini masih banyak digemari penggemarnya terutama anak SD-SMA pada banyak yang suka sama ini game. Asal agan ketahui, Game God of War 1 yang saya share ini kapasitasnya kurang dari 150 MB
ya sekitar 120 MB-an keatas. Dan ukuran aslinya yaitu 3GB. Dan Grafisnya pun lumayan oke.. Karena cari di Google sulit untuk mencari nihh Game alias kebanyakan di blog2 lain pada broken link, saya sebagai Admin Wira-Gamerz yang tidak pelit, ganteng lagi.. heheheh wkwkwk bercanda kok sob.. Saya akan membagikan game ini kepada sobat semua, Saya mendapatkan nihh game ini di Salah satu Situs Uploaders Mega.co.nz dan masih aktif linknya selain itu downloadnya juga kenceng lho gan. Oh ya sekali lagi, anda tidak perlu mendownload PCXZ2, karena game ini sudah ada bawaan Emulatornya. Bagi yang mau download silahkan gak ada yang ngelarang kok !!

Screenshots :


 
 god_of_war_35.jpg




 Minimum System Requirements:
Processor: Intel Pentium 4 2.4 GHz or AMD Athlon 2.0+ GHz processor
RAM: 1 GB
Video Memory: nVidia GeForce 6600+, ATI X700+ Only supplied on DVD:Yes
Hard Drive Space: 12 GB
Operating System: Windows XP with Service Pack 3 or Windows VistaDirectX Version: 9.0x




Mega.co.nz Download Links:
God of War I - Part 1
God of War I - Part 2
God of War I - Part 3

Password: www.gloverzz.blogspot.com


Cara Install :
1. Matiin Antivirus dulu sebelum mendownload dan menginstallnya.
2. Download semua part dan letakkan dalam satu Folder.
3. Extract Part 1 dan otomatis Part yang lainnya akan ikut Ter-Extract.
4. Pilih God of War Setup.exe. Dan install seperti biasa.
5. Selesai klik Finish, Scan dulu Folder instalasinya dengan Antivirus sobat dan jalankan Gamenya !!
6. Enjoy the Game !!

Cara Mengatur Joystick (Wajib Untuk disetting sebelum dimainkan setelah menginstall gamenya) :
1. Buka Folder instalasi God of War, Buka File Debug.exe
2. Pilih Config --> Controllers (PAD) --> Plugin Settings --> Pilih Pad 1.
3. Colokkan dulu Joystick sobat ke USB PC. Kemudian klik misal Triangle berarti anda harus menekan tombol Segitiga pada Joystick sobat. dan lakukan pada tombol lainnya sampai anda atur semua.
4. Klik Apply kemudian klik OK
5. Buka Gamenya dan jalankan Pasti bisa dech. :D

NB : Tested By Me 100% Working On Windows 7

Jika diperlukan masukkan Password diatas..

Cukup sekian sob yang dapat saya bagikan kepada sobat semua semoga sobat semua terhibur. Semoga bermanfaat!!

Wednesday, February 26, 2014

Street Fighter X Tekken - SKIDROW

Street Fighter X Tekken - SKIDROW

Kali ini saya akan share sebuah game yaitu Street Fightter X Tekken .
game ini adalah gabungan dari 2 game pertarungan yang sangat populer yaitu Street Fighter dan Tekken. Perpaduan dari kedua game terkenal ini digabungkan oleh pihak Capcom untuk menciptakan sebuah kombinasi baru yang diharapkan dapat mendapatkan sambutan baik dari para gamer mania terutama pecinta game Street Fighter dan Tekken .
So... buat pecinta Street Fighter dan Tekken, wajib deh coba game ini.

Kinetika reaksi kimia

KINETIKA REAKSI KIMIA

4.1. Pendahuluan
Pada bab-bab sebelumya telah dibahas konsep atau mengenai sifat fisik larutan dan koloid, reaksi redoks, dan elektrokimia. (Kesetimbangan kimia: dalam sistem gas, kesetimbangan asam-basa: dalam larutan pelarut air, dan kesetimbangan kelarutan dan ion kompleks akan dibahas tersendiri). Pada ketiga bagian yang belum dibahas, dipelajari bagaimana keadaan akhir reaksi kimia atau keadaan sistem kimia setelah mencapai kesetimbangan. Informasi tentang kesetimbangan ini, dapat dijelaskan secara termodinamika. Dengan konsep termodinamika juga dapat menceritakan apakah reaksi kimia berlangsung spontan atau tidak.

Reaksi Reduksi-Oksidasi

REAKSI REDUKSI-OKSIDASI

Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa konsep-konsep dasar ilmu kimia.
(Gambar 2.1 adalah struktur 3-dimensi molekul vitamin C, salah satu contoh zat antioksidan).
Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
Bila diberikan satu sistem reaksi redoks maka mahasiswa akan dapat menyusun selnya dan menulis reaksi yang terjadi baik sebagai sel galvanik maupun elektrolisis.
2.1 Pendahuluan
Manusia hidup karena reaksi oksidasi reduksi atau disingkat redoks. Glukosa dalam tubuh dapat menghasilkan energi karena reaksi oksidasi. Oleh karena itu, kekurangan oksigen dalam tubuh akan menyebabkan kekurangan energi yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas.
Reaksi yang berhubungan dengan oksigen disebut oksidasi. Oksigen bereaksi dengan hampir semua unsur membentuk senyawa yang disebut oksida. Contohnya, magnesium sangat mudah bergabung dengan oksigen. Permukaan logam yang masih baru dikenakan terhadap udara akan segera teroksidasi menghasilkan lapisan magnesium oksida, MgO. Besi, juga dengan mudah dioksidasi diudara terbuka menghasilkan karat yang disusun dari Fe2O3. Besi yang telah teroksidasi, atau oksida besi, dapat juga dirusak, atau direduksi, menghasilkan logam Fe murni Proses pembuatan logam dari oksidanya disebut reduksi.
Oksigen selain bereaksi dengan unsur dapat juga bereaksi dengan molekul. Reaksi oksigen dengan molekul yang mengandung unsur karbon dan hidrogen, misalnya glukosa, akan menghasilkan hasil akhir yaitu H2O dan CO2.
Selanjutnya, pengertian oksida dan reduksi menjadi lebih luas, tidak hanya reaksi dengan oksigen. Misalnya, besi oksida, Fe2O3, adalah senyawa ionik (lihat Kimia Dasar I tentang Struktur Molekul) yang tersusun dari ion Fe3+ dan O2-. Reaksi besi dengan oksigen adalah,
Fe(s) + 3O2(g) → 2 Fe2O3(s)
Berdasarkan reaksi di atas, mula-mula Fe adalah atom netral tetapi kemudian kehilangan elektron sehingga berubah menjadi ion Fe3+. Besi dapat kembali menjadi logam besi. Proses balik ini terjadi bila ion Fe3+ memperoleh elektron. Proses melepaskan dan menerima elektron masing-masing disebut oksidasi dan reduksi. Jadi oksidasi adalah proses melepaskan elektron oleh suatu zat, dan reduksi adalah proses menerima elektron oleh suatu zat. Reaksi yang melibatkan oksidasi dan reduksi disebut reaksi oksidasi-reduksi, atau disingkat reaksi redoks.
Perhatikan reaksi pembentukan MgO,
Mg(s) + O2(g) → 2MgO(s)
Produk MgO adalah senyawa ionik yang mengandung Mg2+ dan O2- yang terbentuk melalui pemindahan elektron dari Mg kepada oksigen. Magnesium melepaskan elektron melalui proses,
Mg → Mg2+ + 2e (oksidasi)
Perubahan Mg menjadi Mg2+ disebut oksidasi karena magnesium melepaskan elektron. Oksigen menerima elektron melalui reaksi,
O2 + 4e → 2O2- (reduksi)
Perubahan O2 menjadi O2- adalah reduksi karena oksigen memperoleh elektron. Oleh karena itu, pada reaksi Mg(s) + O2(g), magnesium dioksidasi dan oksigen direduksi. Pada setiap reaksi redoks, oksidasi dan reduksi terjadi secara bersamaan (simultan). Tidak pernah terjadi zat melepaskan elektron tanpa ada zat lain yang menerimanya. Hal ini disebabkan karena elektron tidak pernah ditemukan sebagai pereaksi atau produk dalam setiap perubahan kimia atau reaksi kimia. Dari sini juga dapat disimpulkan bahwa jumlah total elektron yang diperoleh sama dengan jumlah total elektron yang dilepaskan. Jadi, pada reaksi Mg(s) + O2(g), 2 atom Mg bereaksi dengan 1 molekul O2, karena 2 atom Mg membebaskan 4e dan 1 molekul O2 menerima 4e.
Pada reaksi redoks terdapat 2 istilah yaitu zat pengoksidasi (oksidator) dan zat pereduksi (reduktor). Zat pengoksidasi adalah zat yang menerima elektron dari zat yang dioksidasi. Zat pengoksidasi adalah zat yang mengalami reduksi. Jadi zat pengoksidasi adalah zat yang menyebabkan terjadinya oksidasi. Pada reaksi pembentukan MgO, O2 mengambil elektron dari Mg dan menyebabkan Mg teroksidasi. Jadi O2 adalah zat pengoksidasi. Pada reaksi Mg(s) + O2(g), zat pengoksidasi (O2) menjadi tereduksi. Zat pereduksi adalah zat yang memberikan elektron pada zat yang direduksi. Zat pereduksi adalah zat yang mengalami oksidasi. Jadi zat pereduksi adalah zat yang menyebabkan terjadinya reduksi. Pada reaksi pembentukan MgO, Mg memberikan elektron pada O2 yang menyebabkan O2 tereduksi. Jadi Mg adalah zat pereduksi. Pada reaksi Mg(s) + O2(g), zat pereduksi (Mg) menjadi teroksidasi.
2.2 Bilangan Oksidasi
Pada reaksi O2 dengan masing-masing Mg dan S berikut,
Mg(s) + O2(g) → MgO(s)
S(s) + O2(g) → SO2(s)
terdapat paling tidak satu kesamaan, yaitu kedua reaksi menghasilkan oksida. Perbedaannya adalah bahwa hasil reaksi MgO adalah oksida ionik tetapi SO2 adalah molekular yang tidak mengandung ion-ion. Namun demikian, kita harus mampu menjelaskan kedua reaksi dalam satu cara yaitu dengan membuktikan pernyataan bahwa oksigen mengoksidasi Mg dan S. Dengan kata lain, kita harus menjelaskan kedua reaksi sebagai reaksi redoks. Hal ini dapat dilakukan dEngan konsep bilangan oksidasi. Bila menerapkan konsep bilangan oksida maka harus ditentukan terlebih dahulu bilangan oksida unsur. Untuk menentukan bilangan ini harus mangikuti aturan berikut.
Aturan-aturan menentukan bilangan Oksidasi:
1. Bilangan Oksidasi setiap unsur dalam bentuk unsurnya adalah nol tanpa memperhatikan kekompleksan molekul yang terjadi. Jadi atom-atom di dalam Ne, F2, P4 dan S8 semua mempunyai bilangan Oksidasi nol.
2. Bilangan oksidasi ion monoatomik (ion yang tersusun hanya dari satu atom) sama dengan muatannya. Jadi Na+, Al3+ dan S2- masing-masing mempunyai bilangan oksidasi +1, +3, dan -2.
3. Jumlah semua bilangan oksidasi dari semua atom-atom dalam Suatu senyawa adalah nol. Untuk ion poliatomik, jumlah bilangan oksidasi harus sama dengan muatannya. Tambahan pada aturan ini adalah bahwa pada suatu senyawa:
4. Bilangan oksidasi F adalah -1.
5. Bilangan oksidasi H adalah +1.
6. Bilangan oksidasi O adalah -2.
Bila menentukan bilangan oksidasi, seringkali terjadi pertentangan antara aturan yang satu dengan yang lain. Bila hal ini terjadi maka prioritas adalah dari aturan tertinggi hingga aturan terendah.
Di dalam menentukan bilangan oksidasi atom-atom dalam berbagai senyawa, selain menggunakan aturan-aturan diatas dapat juga menggunakan teori-teori tentang pembentukan ion-ion dari logam dan non-logam.
Pada reaksi redoks terjadi perubahan bilangan oksidasi atau keadaan-oksidasi pada dua atau lebih unsur. Contohnya reaksi antara Mg dan oksigen,
Mg(s) + O2(g) → MgO(s)
bilangan oksidasi: 0 0 +2 -2
dengan bilangan oksidasi tertulis dibawah simbol unsur-unsurnya. Bilangan oksidasi Mg berubah dari 0 menjadi +2 dan bilangan oksidasi O berubah dari 0 menjadi -2. Jadi, pada oksidasi Mg disertai dengan kenaikan bilangan oksidasi (dari 0 menjadi +2) dan pada reduksi O2 disertai dengan penurunan bilangan oksidasi (dari 0 menjadi -2). Contoh ini menghasilkan cara pendefinisian reaksi oksidasi dan reduksi lain yang lebih umum.
Jadi oksidasi adalah proses peningkatan bilangan oksidasi dan reduksi adalah proses penurunan bilangan oksidasi. Cara pendefinisian ini lebih disukai. Agar tetap konsisten dengan definisi sebelumnya, maka zat pengoksidasi adalah zat yang direduksi dan zat pereduksi adalah zat yang dioksidasi.
Dengan definisi baru ini maka reaksi antara S dan O2 adalah reaksi redoks. Persamaan reaksinya adalah,
S(s) + O2(g) → SO2(s)
bilangan oksidasi: 0 0 +4 -2
dengan bilangan oksidasi S naik dari 0 menjadi +4 dan bilangan oksidasi O turun dari 0 menjadi -2. Jadi S mengalami oksidasi dan O2 mengalami reduksi. Dalam pengertian lain bahwa O2 adalah zat pengoksidasi dan S adalah zat pereduksi.
Contoh 1:
Tentukan bilangan oksidasi atom-atom dalam senyawa berikut: (a) FeCl3, (b) KNO3, (c) H2O2, (d) Cr2O72-, (e) ClO3, (f) Na2S4O6, dan (g) Fe2(SO4)3.
Penyelesaian:
1. Senyawa yang terbentuk dari logam dan non logam adalah senyawa ionik. Klorida dapat mambentuk ion Cl- sehingga bilangan oksidamya adalah -1. (Catatan: karena bilangan oksidasi tidak sama dengan muatan sebenarnya, khususnya untuk senyawa molekular, maka keduanya harus dibedakan. Bila bilangan ditulis mendahului tanda muatan maka disebut muatan, dan bila tanda muatan ditulis mendahului bilangan disebut bilangan oksidasi. Jadi bilangan oksidasi C1- = -1 dan muatan C1- = 1-). Bilangan oksidasi Fe dapat ditentukan dengan aturan 3.
Cl 3. (-1) = -3
Fe 1.( x) = x
Jumlah = O, maka x = +3. Jadi bilangan oksidasi Fe adalah +3.
2. K (golongan IA) membentuk ion dengan muatan 1+, K+. Jadi bilangan oksidasinya adalah +1 (aturan 2). Bilangan oksidasi oksigen adalah -2 (aturan 6). Bilangan oksidasi N ditentukan dengan aturan 3.
K 1.(+1) = +1 (aturan 2)
O 3 (-2) = -6 (aturan 6)
N 1.( x) = x
Jumlah = 0, maka x = +5. Jadi bilangan oksidasi N adalah +5.
3. H2O2 adalah senyawa non-logam atau molekular. Karena tidak ada ion-ion maka aturan 2 tidak dapat digunakan. Aturan 5 dan aturan 6 dapat digunakan, tetapi terdapat pertentangan. Jika bilangan oksidasi H adalah +1, sesuai aturan 5, maka O harus -1 agar jumlah bilangan oksidasi nol. Tetapi jika O adalah -2, sesuai aturan 6, maka H harus +2 agar jumlah bilangan oksidasi nol. Tetapi bila terjadi pertentangan maka digunakan aturan yang lebih tinggi. Karena aturan lebih tinggi adalah aturan 5, maka bilangan oksidasi H = +1 dan O = -1. ‘
4. Untuk ion Cr2O72-, jumlah bilangan oksidasi sama dengan muatannya. Jadi,
Cr 2.( x) = 2x
O 7. (-2) = -14 (aturan 6)
Jumlah = -2 (aturan 3), maka x = +6. Jadi pada ion Cr2O72-, bilangan oksidasi Cr adalah +6. Tetapi perlu diingat bahwa atom-atom dalam ion poliatomik terikat dangan gaya tarik yang sama seperti atom-atom dalam molekul. Jadi sebenarnya tidak ada ion Cr6+ di dalam ion Cr2O72-. Jadi, karena molekular, maka bilangan oksidasi Cr dan O bukan muatan sebenarnya.
5. Ion ClO3- terbentuk dari 2 unsur non-logam. Ini berarti bahwa ion terikat dengan gaya tarik yang sama seperti dalam molekul. Ini berarti tidak ada ion Cl- di dalam ion ClO3- sehingga aturan 2 tidak dapat digunakan. Dengan aturan 6, bilangan oksidasi oksigen adalah -2. Sehingga bilangan oksidasi Cl dapat ditentukan.
Cl l.(x) = x
O 3.(-2) = -6 (aturan-6)
Jumlah = -1 (aturan -3), maka x = +5. Jadi bilangan oksidasi Cl adalah +5. Bila bersenyawa dengan logam, seperti pada NaCl dan FeCl3, maka klorida adalah sebagai Cl- sehingga bilangan oksidasinya adalah -1. Jadi dapat terjadi bilangan oksidasi Cl selain -1 yang terjadi bila Cl bersenyawa dengan non-logam. Hal yang sama berlaku untuk senyawa yang mengandung non-logam selain Cl.
6. Na adalah logam alkali, jadi Na+, sehingga bilangan oksidasinya adalah +1. Sesuai aturan 6, bilangan oksidasi oksigen adalah -2.
Na 2.(+1) = + 2 (aturan 2)
S 4.( x) = 4x
O 6.(-2) = -12 (aturan 6)
Jumlah = 0, maka x = +5/2. Bilangan oksidasi S adalah +5/2.
Bilangan oksidasi tidak boleh semua bilangan (meskipun bilangan oksidasi itu ada).

7. Fe2(SO4)3 adalah senyawa ionik yang tersusun dari ion Fe3+ dan SO42-. Jadi bilangan oksidasi Fe3+ adalah +3. Bilangan oksidasi oksigen adalah -2, sesuai aturan-6. Jadi,
Fe 2(+3) = + 6 (aturan-2)
S 3.( x) = 3x
O 12.(-2) = -24 (aturan -6)
Jumlah = 0, maka x = + 6. Jadi bilangan oksidasi S adalah +6.
2.3 Reaksi Redoks Dalam Larutan
Jenis reaksi antara ion-ion di dalam larutan tidak hanya reaksi metatesis. Reaksi metatesis atau reaksi pergantian adalah reaksi yang melibatkan dua senyawa dalam larutan dengan mempertukarkan kation diantara dua anion. contohnya reaksi,
AgNO3(aq) + NaCl(aq) → AgCl(s) + NaNO3(aq)
Reaksi redoks juga banyak melibatkan pereaksi ionik, produk ionik, atau pereaksi dan produk ionik. Reaksi redoks sering lebih kompleks dari reaksi metatesis sehingga sukar menyetimbangkan persamaan reaksinya. Namun demikian, ada metoda menyetimbangkan reaksi redoks. Zat-zat yang dapat melakukan reaksi redoks meliputi zat-zat yang digunakan di laboratorium dan yang sudah digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalan cairan pengelantang seperti clorox, yaitu larutan encer NaOCl. Ion OCl¬- adalah zat pengoksidasi kuat yang mampu mengoksidasi senyawa-senyawa berwarna menjadi tidak berwarna.
Ion OCl- (hipoklorit) juga digunakan sebagai “active ingredient” dalam beberapa produk yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan lumut, dan active ingredient pada bahan kimia yang ditambahkan ke dalam kolam renang untuk mengklorinasi air. Ion OCl- membunuh jamur dan mikroorganisme lain dengan cara mengoksidasinya. Disamping untuk membunuh bakteri, reaksi redoks juga digunakan untuk menghasilkan elektrisitas berupa baterai (dibahas di bab III).
Salah satu metoda yang dapat digunakan untuk menyetimbangkan reaksi redoks adalan metoda ion-elektron. Dengan metoda ini persamaan reaksi dipecah menjadi dua bagian, yang disebut ½-reaksi. Masing-masing ½-reaksi disetimbangkan dan kemudian dijumlahkan untuk memberikan persamaan ion total yang telah setimbang. Salah satu contoh adalah reaksi antara larutan SnCl2 dan HgCl2 menghasilkan Hg2Cl2 dan Sn4+.
Langkah-langkah penyetimbangan adalah sebagai berikut
1. Tuliskan semua zat yang terlibat dalam reaksi.
Sn2+ + Hg2+ + C1- → Sn4+ + Hg2C12
2. Membagi persamaan reaksi menjadi dua ½-reaksi. Untuk membagi reaksi maka dimulai dengan melihat produk yang mangalami perubahan dari pereaksi.
Sn2+ → Sn4+
Hg2+ + Cl- → Hg2Cl2
3. Menyetimbangkan ½-reaksi dengan aturan-aturan:
• Menyamakan jumlah atom disebelah kiri dan kanan reaksi.
• Menyamakan muatan total disebelah kiri dan kanan reaksi.
Jadi diperoleh,
Sn2+ → Sn4+ + 2e
2e + 2Hg2+ + 2Cl- → Hg2Cl2
4. Menjumlahkan kedua ½-reaksi.
Untuk menjumlahkan ½-reaksi maka dipakai prinsip reaksi redoks yaitu jumlah elektron yang diterima harus sama dengan jumlah elektron yang dibebaskan. Bila ini telah dipenuhi maka baru dapat dijumlahkan. Jadi diperoleh,
2e + Sn2+ + 2Hg2+ + 2C1- → Sn4+ + Hg2C12 + 2e
Bila terdapat spesi yang sama di sebelah kiri dan kanan reaksi maka harus dihilangkan. Jadi dari persamaan ini elektron harus dihilangkan, sehingga diperoleh,
Sn2+ + 2Hg2 + 2Cl- → Sn+ + Hg2Cl2
Contoh 2:
Pada reaksi berikut, zat mana yang tereduksi dan teroksidasi, dan mana zat pengoksidasi dan zat pereduksi?
14HC1 + K2Cr2O7 → 2KC1 + 2CrC13 + 3C12 + 7H2O.
Penyelesaian:
Bilangan oksidasi tiap-tiap unsur adalah,
14HC1 + K2Cr2O7 → 2KC1 + 2CrC13 + 3C12 + 7H2O
+1 -1 +1 +6 -2 +1 -1 +3 -1 0 +1 -2
Dapat terlihat bahwa zat yang teroksidasi adalah HC1 dan zat yang tereduksi adalah K2Cr2O7. Atau zat pengoksidasi adalah K2Cr2O7 dan zat pereduksi adalah HC1.
2.4 Reaksi Redoks dalam Larutan Asam
Beberapa reaksi redoks dalam larutan membutuhkan atau menghasilkan H+ atau OH . Reaksi ini biasanya juga melibatkan H2O sebagai pereaksi atau produk. Pada beberapa reaksi, H+ atau OH- tidak hanya sebagai pereaksi atau produk tetapi juga dapat mempengaruhi produk reaksi. Contohnya, Jika ion MnO4 digunakan sebagai zat pengoksidasi dalam larutan suasana asam maka produk reduksi adalah Mn2+. Tetapi jika larutan adalah suasana basa maka produk reduksinya adalah MnO2. Contoh berikut adalah reaksi redoks antara HCl dan KMnO4 dalam suasana asam menghasilkan Cl2 dan Mn2+,
Cl¬- + MnO4 → Cl2 + Mn2+
Tahap-tahap menyetimbangkan reaksi diatas dengan metoda ion-elektron dalam larutan suasana asam adalah sebagai barikut:
1. Membagi persamaan reaksi menjadi ½-reaksi.
Cl- → Cl2
MnO4- → Mn2+
2. Menyetimbangkan atom-atom selain H dan O.
2Cl- → Cl2
MnO4- → Mn2+
3. Menyetimbangkan oksigen dengan menambahkan H2O.
2Cl- → Cl2
MnO4-→ Mn2+ + 4H2O
4. Menyetimbangkan hidrogen dengan penambahan H+.
2CI- → Cl2
8H+ + MnO4- •— > Mn2+ + 4H2O
5. Menyetimbangkan muatan dengan penambahan elektron.
2Cl- → Cl2 + 2e
5e + 8H+ + MnO4 → Mn2+ + 4H2O
6. Membuat jumlah elektron yang diterima sama dengan jumlah elektron yang dibebaskan.
(2Cl- → C12 + 2e) x5
(5e + 8H+ + MnO4 → Mn2+ + 4H2O) x2
7. Menjumlahkan kedua ½-reaksi.
10Cl- + 16H+ + 2MnO4- → 5Cl2 + 2Mn2+ + 8H2O
8. Menghilangkan zat yang sama di sebalah kiri dan kanan reaksi.
10Cl- + l6H+ + 2MnO4- → 5Cl2 + 2Mn2+ + 8H2O
Contoh 3:
Setimbangkan persamaan reaksi berikut dangan metoda ion-e1ektron dalam suasana asam.
Cr2O72- + H2S → Cr3+ + S (asam).
Penyelesaian:
Tahap 1: Cr2O72- → Cr3+
H2S → S
Tahap 2: Cr2O72- → 2Cr3+
H2S → S
Tahap 3: Cl207 → 2Cr3+ + 7H2O
H2S → S
Tahap 4: 14H+ + Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
H2S → S + 2H+
Tahap 5: 6e + 14H+ + Cr2O72- → 2Cr3+ + 7H2O
H2S → S + 2H+ + 2e
Tahap 6,7: 14H+ + Cr2O72- + 3H2S → 2Cr3+ + 7H2O + 3S + 6H+
Tahap 8: 8H+ + Cr2O72- + 3H2S → Cr3+ + 3S + 7H2O
2.5 Reaksi Redoks dalam Larutan Basa
Pada reaksi yang terjadi dalam suasana asam maka untuk menyetimbangkan reaksi digunakan H2O dan H+. Pada suasana basa digunakan H2O dan OH-. Selain cara ini, cara paling sederhana adalah dengan menghilangkan H+ pada persamaan reaksi setimbang dalam suasana asam dengan penambahan OH . Contohnya, menyetimbangkan ½-reaksi yang terjadi dalam suasana basa,
Pb → PbO
Hasil penyetimbangan dalam suasana asam adalah,
H2O + Pb → PbO + 2H+ + 2e
Untuk mengkonversi ke suasana basa maka dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengeliminasi H+ dengan penambahan 0H-.
H2O + Pb +2OH- → PbO+ 2H+ + 2OH- +2e
2. Menggabungkan H+ dengan OH- membentuk H2O.
H2O + Pb + 2OH- → PbO + 2H2O +2e
3. Menghilangkan H2O dari kedua sisi persamaan reaksi.
Pb + 2OH- → PbO + H2O + 2e
Contoh 4:
Setimbangkan reaksi berikut dalam suasana basa.
Pb(OH)3- + OCl- → PbO2 + Cl- (basa).
Penyelesaian:
Tahap l: Pb(OH)3- → PbO2
OCl- → C1-
Tahap 2: Pb(OH)3- → PbO2 + H2O + H+
2H+ + OCl- → Cl- + H20
Tahap 3: Pb(OH)3- → PbO2 + H2O + H+ + 2e
2e + 2H+ + OCl- → Cl- + H2O
Tahap 4: 2H+ + OCl- + Pb(OH)3- → Cl- + 2H2O + PbO2 + H+
Tahap 5: Penambahan OH pada kedua sisi reaksi.
H+ + OH- + OCl- + Pb(OH)3- → Cl- +2H2O+PbO2+OH-
Tahap 6: H2O + OCl- +Pb(OH)3- → Cl- +2H2O+PbO2+OH-
Tahap 7: OCl- + Pb(OH)3- → Cl- + H2O + PbO2 + OH-
2.6 Beberapa Zat Pengoksidasi dan Pereduksi
Di laboratorium, sering diperlukan zat untuk mengoksidasi atau mereduksi bahan kimia yang digunakan pada percobaan. Untuk tujuan ini terdapat bebarapa zat pengoksidasi dan pereduksi yang dapat digunakan, tetapi perlu dipilih yang paling mudah digunakan. Contohnya, klorin, Cl2, adalah zat pengoksidasi yang sangat kuat tetapi tidak dapat digunakan di laboratorium terbuka karena sifat gasnya membuatnya bersifat racun. Jadi bila manggunakan Cl2 diperlukan perhatian khusus pada sifat gasnya. Oleh karena pekerjaan ini tidak mudah, maka dihindari penggunaan gas Cl2.
Terdapat 3 zat pengoksidasi yang biasa digunakan di laboratorium, yaitu:
1. Ion permanganat, MnO4-.
2. Ion kromat, CrO42-.
3. Ion bikromat, Cr2O72-.
Ketiga jenis pengoksidasi ion ini paling banyak digunakan karena penanganannya yang mudah. Garam ketiga ion ini harus ditangani atau disimpan dengan hati-hati karena sifat mengoksidasinya. Selain itu, ketiga ion- ini adalah pengoksidasi yang sangat efektif menghasilkan oksigen sehingga jangan dibiarkan melakukan kontak dengan bahan-bahan Organik karena sangat potensial menghasilkan api.
• Ion permanganat, MnO4-.
Di dalam larutan warnanya adalah ungu. Umumnya ion permanganat terdapat sebagai garam kalium, KMnO4, yang berwarna hitam keunguan. Pada larutan asam kuat mengalami reduksi dengan reaksi,
8H+(aq) + MnO4-(aq) + 5e → Mn2+(aq) + 4H2O
Pada reaksi ini terjadi perubahan warna yang drastis. Pada larutan netral atau sedikit basa terjadi reaksi,
2H2O + MnO4-(aq) + 3e → MnO2(s) + 4OH-(aq)
• Ion kromat, CrO42-, dan bikromat, Cr2O72-.
Di laboratorium, biasanya ditemukan sebagai garam kalium dan natrium. Pada suasana asam, larutan ion kromat yang berwarna kuning berubah menjadi bikromat yang berwarna merah jingga. Reaksinya adalah,
2CrO42-(aq) + 2H+(aq) → Cr2O72-(aq) + H2O
Pada larutan yang mengandung ion bikromat, dalam suasana basa, terjadi reaksi sebaliknya, yaitu:
Cr2O72-(aq) + 2OH-(aq) → 2CrO42-(aq) + H2O
Pada suasana apapun, baik asam atau basa, bila ion bikromat bekerja sebagai zat pengoksidasi maka akan berubah menjadi krom dengan bilangan oksidasi +3. Tetapi rumus kimia senyawa krom yang terjadi tergantung pada suasana larutan. Pada larutan asam terjadi reaksi,
6e + 14H+(aq) + Cr2O72-(aq) → 2Cr3+(aq) + 7H2O
Pada larutan sedikit basa terjadi reaksi,
3e + 2H2O + CrO42-(aq) → Cr(OH)3(s) + 5OH-(aq)
Pada larutan sangat basa terjadi reaksi,
3e + 2H2O + CrO42-(aq) → CrO2¬-(aq) + 4OH-(aq)
Zat pereduksi yang dapat digunakan di laboratorium adalah:
1. Logam, misalnya Mg atau Zn.
2. Ion sulfit dan bisulfit, SO32- dan HSO3-.
3. Ion tiosulfat, S2O32-
Dari ketiga pereduksi ini yang paling banyak digunakan sebagai pereduksi adalah (2) dan (3). Kekurangan logam bila digunakan sebagai pereduksi adalah bahwa karena reaksi terjadi pada permukaan maka reaksinya sukar dikontrol, Bila reaksi redoks dilakukan dalam larutan maka digunakan zat pereduksi yang larut dalam air. Jadi, dari ketiga zat pereduksi di atas yang dapat digunakan adalah (2) dan (3).
Anion sulfit dan bisulfit diperoleh dari netralisasi (sempurna atau sebagian) asam sulfit, H2SO3. Jika larutan adalah basa maka ion bisulfit berubah menjadi ion sulfit sehingga pereaksinya adalah ion sulfit. Atau sebaliknya, jika larutan adalah asam maka pereaksi adalah ion bisulfit atau bahkan H2SO3. Reaksi oksidasi ion bisulfit dalam suasana asam adalah,
HSO3-(aq) + H2O → SO42-(aq) + 3H+(aq) + 2e
Oksidasi SO32- dalam suasana basa terjadi lebih mudah,
SO32-(aq) + 2OH-(aq) → SO42-(aq) + H2O + 2e
Soal-Soal
1. Sebutkan 2 definisi terbaru dari oksidasi dan reduksi. Definisi mana yang lebih disukai?
2. Je1askan perbedaan antara bilangan oksidasi dan muatan sebenarnya.
3. Je1askan kenapa reaksi antara kalsium dan oksigen adalah reaksi redoks.
4. Apa yang terjadi pada zat pengoksidasi pada reaksi redoks.
5. Sebutkan bilangan oksidasi untuk setiap atom dalam molekul berikut:
(a) KC1O2 (d) O2F2 (g) O3 (j) CBr4
(b) BaMnO4 (e) IF5 (h) Hg2C12 (k) OCl-
(c) Fe2O4 (f) HOC1 (i) OF2 (l) N2O4
6. Untuk setiap reaksi berikut, tunjukkan:
(1) Zat yang teroksidasi (3) zat pengoksidasi
(2) Zat yang tereduksi (4) Zat pereduksi
Reaksi-reaksinya adalah ;
(a) 2HNO3 + 3H3AsO3 → 2NO + 3H3AsO4 + H2O
(b) NaIO3 + 5NaI + 6HC1 → 6NaC1 + 3I2 + 3H2O
7. Setimbangkan persamaan reaksi berikut dengan metoda ion-e1ektron. Semua reaksi terjadi dalam suasana asam.
(a) Cu + NO3- → Cu2+ + NO
(b) Zn + NO3- → Zn2+ + NH4+
(c) Ag+ + AsH3 →H3AsO4 + Ag
(d) IO3- + HSO3- → I- + SO42-
(e) PH3 + I2 → H3PO2 + I-
8. Setimbangkan persamaan reaksi berikut dengan metoda ion-elektron. Semua reaksi terjadi dalam suasana basa.
(a) CN- + AsO43- → AsO2- + CNO-
(b) CrO2- + HO2- → CrO42- + OH-
(c) Zn + NO3- → Zn(OH)42- + NH3
(d) N2H4 + Mn(OH)3 → Mn(OH)2 + NH2OH
9. Klorin, C12, adalah zat pengoksidasi kuat, tetapi jarang digunakan di 1aboratorium. Kenapa?
10. Tuliskan persamaan reaksi ionik setimbang untuk reaksi antara natrium sulfit dan natrium kromat dalam suasana asam.
11. Tuliskan persamaan reaksi ionik setimbang untuk reaksi Na2SO3 dan KMnO4 dalam suasana asam.

Sifat Fisik Larutan

SIFAT-SIFAT FISIK LARUTAN DAN KOLOID

Tujuan Instruksional Umum (TIU):
Mahasiswa mampu menjelaskan beberapa konsep-konsep dasar ilmu kimia.
(Gambar 1.1 adalah struktur 3-dimensi molekul glukosa dan segmen dimer selulosa, salah satu contoh zat terlarut).
Tujuan Instruksional Khusus (TIK):
Bila mahasiswa diberikan suatu zat atau campuran dua atau lebih zat maka mahasiswa mampu menjelaskan kelarutan, jenis dan sifat campurannya.
1.1 Pendahuluan
Mengapa perlu mempelajari sifat-sifat fisik larutan dan koloid? Umumnya reaksi kimia terjadi dalam larutan, antara ion atau molekul yang terlarut dalam air atau pelarut lain. Selain itu, pemanfaatan suatu zat tidak selalu dalam keadaan murni tetapi dilarutkan ke dalam zat lain. Atau ketika memanfaatkan suatu zat maka zat tersebut harus berada dalam media lain atau media dimana zat lain berada. Oleh karena itu sebelum zat dimanfaatkan atau bereaksi dengan zat lain maka perlu dipahami lebih dahulu: (a) sifat-sifat makroskopik keadaan murni masing-masing zat pembentuk larutan, dan (b) apa yang terjadi bila masing-masing zat pembentuk larutan tersebut yang disebut zat terlarut dan pelarut dicampurkan.
Mengapa zat dapat bercampur atau berada dalam zat lain? Atau mengapa zat yang disebut zat terlarut dapat larut di dalam zat lain yang disebut pelarut? Salah satu konsep dasar yang penting untuk memahami ini adalah adanya gaya-gaya atau energi interaksi antarmolekul antara zat terlarut dan pelarut. Salah satu hukum yang menjelaskan gaya-gaya interaksi antarmolekul adalah potensial Lennard-Jones(1). Hasil pencampuran dapat mempengaruhi sifat-sifat zat murni seperti kelarutan, titik didih, dan titik leleh.
Salah satu zat yang banyak digunakan sebagai pelarut adalah air. Air mempunyai kemampuan melarutkan berbagai jenis zat menghasilkan suatu campuran homogen. Pada campuran homogen yang melibatkan air, air disebut sebagai pelarut. Air mempunyai rumus molekul H2O dengan massa molekul 18 g/mol dan kerapatan 1 g/mL atau 1000 g/L. Jadi konsentrasi molar air murni adalah 55,6 mol/L. Konsentrasi molar zat yang dilarutkan dalam air adalah pada orde 10-6-10 molar. Jadi konsentrasi molar zat yang dilarutkan jauh lebih rendah dan disebut dengan zat terlarut.
Bagaimana air dapat melarutkan zat terlarut? Berdasarkan struktur Lewis molekul H2O, atom oksigen adalah sebagai pusat dan mempunyai geometri tetrahedral terhadap pasangan elektron valensi. Jadi molekul air akhirnya mempunyai struktur geometri bengkok, yang juga didukung dengan teori VSEPR (Valence Shell Electron Pair Repulsion). Oksigen dengan skala keelektronegatifan 3,5 adalah lebih elektronegatip dibandingkan dengan hidrogen dengan skala keelektronegatifan 2,1 menghasilkan ikatan O-H sebagai ikatan kovalen polar. Berdasarkan ikatan kovalen polar pada O-H dan geometri molekul H2O yang bengkok akan menghasilkan molekul air dengan momen dipol total adalah polar. Jadi, H2O dapat melakukan berbagai jenis interaksi non-kovalen berikut: (a) gaya-gaya dispersi London, (b) interaksi dipol-dipol, (c) interaksi ion-dipol dengan ion-ion, dan (d) ikatan hidrogen.
Berdasarkan struktur Lewis dan geometrinya, air adalah suatu dipol sehingga dapat melakukan interaksi ion-dipol. Molekul-molekul air akan berada disekitar suatu ion dan mengarahkan muatan parsial dipol air ke arah muatan yang berlawanan. Molekul-molekul air akan memisahkan, mengelilingi dan mendispersi ion-ion dari suatu padatan ionik. Meskipun air adalah penghantar listrik yang lemah, ion-ion yang terlarut dalam larutan air dapat menghantarkan listrik. Larutan ionik dalam air disebut elektrolit. Suatu larutan elektrolit (larutan ion) dapat digambarkan dengan konsentrasi senyawa ionik yang terlarut atau konsentrasi komponen anion dan kation.
Bila senyawa molekular terlarut dalam air maka interaksi molekul dengan H2O tidak akan memutus ikatan kovalen apapun. Jadi, kemampuan air melarutkan suatu senyawa molekular didasarkan pada interaksi non-kovalen antara H2O dengan senyawa molekular. Misalnya bila metanol, CH3OH, bercampur dengan air, H2O, maka H2O dapat membentuk ikatan hidrogen dengan gugus alkohol, O-H, dari metanol. Dan dalam hal ini molekul air dapat memisahkan, mengelilingi dan mendispersi molekul metanol.
Senyawa ionik terlarut dalam air dapat dikelompokkan menjadi elektrolit kuat dan lemah. Beberapa senyawa dalam larutan air terdissosiasi sempurna menjadi ion-ion. Ini dapat terjadi pada kebanyakan senyawa ionik, dan beberapa senyawa molekular seperti H-Cl. Senyawa lain hanya mempunyai sedikit kecenderungan terionisasi dalam larutan air. Dengan kata lain, hanya beberapa molekul dalam larutan akan terionisasi, dan kebanyakan molekul akan tetap sebagai senyawa netral, meskipun senyawa tersebut larut sempurna dalam air. Senyawa yang terionisasi sempurna disebut elektrolit kuat. Senyawa yang terionisasi hanya sebagian disebut elektrolit lemah. Contoh senyawa elektrolit kuat adalah HCl dan elektrolit lemah adalah asam asetat, CH3COOH.
Uraian tambahan 1:
Struktur geometri molekul, yang telah dibahas pada Kimia Dasar I, sangat penting untuk menentukan kepolaran suatu molekul. Molekul dapat membentuk berbagai jenis struktur, dan salah satu diantaranya adalah yang paling stabil, misalnya glukosa, tabel 1.1. Berikut adalah struktur geometri molekul H2O, gambar 1.2, dan interaksi antarmolekul H2O, gambar 1.3, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):

Uraian tambahan 2:
Berikut adalah struktur geometri molekul NH3, gambar 1.3, dan interaksi antarmolekul antar NH3, gambar 1.5, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
Gambar 1.4. Struktur 3-dimensi molekul NH3
Gambar 1.5. Struktur 3-dimensi antarmolekul NH3
Uraian tambahan 3:
Berikut adalah struktur geometri segmen polimer selulosa, gambar 1.6, kitin, gambar 1.7, dan kitosan, gambar 1.8, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (2-8):
Gambar 1.6. Struktur 3-dimensi segmen polimer selulosa
Gambar 1.7. Struktur 3-dimensi segmen polimer kitosan
Gambar 1.8. Struktur 3-dimensi segmen polimer kitin
Tabel 1.1. Beberapa kemungkinan struktur geometri molekul glukosa(1)

Uraian di atas adalah deskripsi singkat tentang molekul dan interaksi antarmolekul yang menjadi landasan terjadinya larutan dengan sifat-sifat fisik yang dihasilkannya. Sifat-sifat larutan pada tingkat molekul sangat sukar diukur sehingga harus diukur pada tingkat makroskopik atau “bulk”. Oleh karena itu pembahasan sifat-sifat fisik larutan akan diawali dari sifat-sifat fisik makroskopik zat dalam keadaan murni.
Zat dapat berada dalam keadaan murni dan campuran. Sifat-sifat fisik yang dipelajari dari zat dalam keadaan murni adalah berhubungan dengan fasanya meliputi: (a) fasa gas, (b) fasa cair, dan (c) fasa padat. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari atau di laboratorium jarang terdapat zat dalam keadaan murni, tetapi biasanya merupakan campuran dari beberapa jenis zat.
Sifat fisik campuran berbeda dari komponen murninya, dan dapat lebih menguntungkan dari pada keadaan murninya. Contohnya baja, adalah campuran besi dan unsur lain seperti karbon dan logam-logam lain, bila dicampur dengan perbandingan tertentu mempunyai sifat-fisik lebih baik dari besi, seperti sifat-sifat: (a) kekerasan, dan (b) kekuatan.
Terdapat beberapa jenis campuran yang dapat terjadi dan ukuran partikel (ingat: saat ini sedang berkembang material dengan ukuran partikel nano meter) mempunyai pengaruh pada sifat-sifat campuran. Salah satu dari jenis campuran itu adalah larutan dengan salah satu kegunaan adalah sebagai medium melakukan reaksi kimia.
Komponen paling banyak dari larutan disebut pelarut, dan komponen lebih sedikit disebut zat terlarut. Zat terlarut dapat mempengaruhi sifat-fisik pelarut. Fenomena pengaruh zat terlarut dalam larutan sangat bermanfaat di laboratorium seperti: (a) penentuan massa molekul, (b) penyulingan minyak, dan (c) desalinasi (penghilangan garam) air laut.
1.2 Jenis-Jenis Campuran
Zat murni A dapat dibedakan dari zat murni B atau C berdasarkan komposisi penyusunnya yang konstan (hanya tersusun dari zat itu sendiri), tetapi tidak demikian dengan campuran. Untuk membedakan berbagai jenis campuran digunakan ukuran partikel, dan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu: (a) suspensi, (b) koloid, dan (c) larutan.
Pada suspensi setidaknya satu komponan mempunyai ukuran partikel relatif lebih besar dan terdistribusi dalam partikel lainnya. Contohnya adalah: (a) pasir halus dalam air, (b) asap di udara, dan (c) endapan dalam campuran reaksi. Pada semua contoh di atas ukuran partikal cukup besar sehingga dapat dilihat apakah dengan mata telanjang atau dengan mikroskop. Bila suspensi tidak digoyang, atau dibiarkan, maka partikel tersuspensi akan mengendap karena pengaruh gravitasi, meskipun kecepatan pengendapan tergantung pada ukuran partikel. Contohnya, pasir kasar (ukuran partikel lebih besar) akan lebih cepat mengendap dibandingkan dengan lumpur halus.
Di laboratorium, endapan tersuspensi dapat dipisahkan dari campuran reaksi dangan metoda filtrasi yaitu dengan melewatkannya melalui filter atau penyaring. Sering juga hanya dengan memanfaatkan kecenderungan suspensi mengendap dibawah pengaruh gravitasi, dan proses ini dapat dibantu dengan menggunakan sentrifuge. Pada sentrifuge, campuran diputar dengan cepat, dan akan menghasilkan gaya sentrifugal (gaya keluar) yang merupakan gravitasi tambahan sebagai penggerak endapan ke dasar tabung sentrifuge. Sifat fisik suspensi (atau suspensi padat dalam cairan) seperti titik beku dan tekanan uap tidak banyak dipengaruhi atau mengalami perubahan oleh partikel tersuspensi (berbeda dengan dalam larutan). Jadi, misalnya titik beku air yang mengandung lumpur tetap pada O°C, sama seperti air murni, tetapi air yang mengandung garam NaCl (membentuk larutan dan bukan suspensi) akan membeku di bawah 0oC (disebut penurunan titik beku).
Pada larutan, ukuran partikel pelarut dan zat terlarut adalah pada dimensi atau sebesar molekul tunggal atau ion. Jadi, molekul-molekul tidak bergabung membentuk partikel yang lebih besar. Partikel terdistribusi satu sama lain secara serba sama (uniform) menghasilkan fasa homogen. Distribusi uniform menyebabkan sifat fisik larutan menjadi berbeda dari pelarutnya. Misalnya, air membeku pada 0oC, tetapi dengan penambahan NaCl, larutan NaCl akan membeku pada kurang dari 0oC. Perubahan sifat fisik yang besar antara pelarut dan larutan menyebabkan larutan lebih banyak dipelajari dari pada suspensi.
Selain suspensi dan larutan terdapat jenis campuran ketiga yaitu koloid. Koloid, juga disebut dispersi koloid atau suspensi koloid, adalah suatu campuran peralihan antara larutan dan suspensi, tabel 1.2.
Tabel 1.2. Perbandingan antara larutan, koloid, dan suspensi
LARUTAN KOLOID SUSPENSI
Ukuran partikel: tidak terlihat dengan mata telanjang Ukuran partikel (solute-like):tidak terlihat dengan mata telanjang (1-1000 nm) Ukuran partikel: tidak terlihat dengan mata telanjang atau mikroskop
Salah satu contoh koloid adalah susu yang dihomogenkan. Koloid ini terdiri atas tetesan butterfat dengan ukuran sangat kecil dan terdispersi dalam fasa air. Koloid susu juga mengandung kasein (protein) dan sedikit ingredient (zat lain). Pada koloid seperti susu, ukuran partikel terlarut (solute-like) lebih besar dibandingkan dengan larutan tetapi lebih kecil dibandingkan dengan suspensi. Berdasarkan perbandingan ukuran partikel, koloid adalah dimensi partikel medium, sehingga dalam koloid tidak digunakan istilah pelarut dan zat terlarut tetapi istilah medium pendispersi dan fasa terdispersi. Jadi, dapat dikatakan bahwa (a) ukuran pertikel koloid adalah 1 – 1000 nm, (b) partikel koloid biasanya merupakan kumpulan molekul atau ion, dan (c) terdapat pertikel tunggal seukuran koloid seperti protein.
Zat terlarut bila bertumbukan dapat bergabung menghasilkan partikel dengan ukuran yang lebih besar dan menghasilkan endapan. Pada suspensi bila partikel bertumbukan memerlukan waktu relatif lebih singkat untuk mengendap. Pada koloid, dengan ukuran pertikel lebih besar dari larutan, dapat tersuspensi dalam waktu yang cukup lama dalam medium pendispersi sehingga sukar dihasilkan endapan. Dengan demikian, satu sifat umum koloid adalah tidak mudah dipisahkan oleh pengaruh gravitasi, sehingga ada istilah kestabilan koloid. Sama seperti suspensi, jumlah relatif partikel koloid dalam campuran adalah kecil dibandingkan dengan jumlah medium pendispersi. Oleh karena itu sifat fisik koloid tidak jauh berbeda dengan medium pendispersi.
Jenis-jenis koloid dibedakan berdasarkan wujud fasa terdispersi dan wujud medium pendispersi. Ada 3 wujud zat sehingga ada 9 jenis koloid. Tetapi semua gas bercampur secara uniform dengan gas lain, sehingga jenis koloid yang ada adalah 8. Partikel koloid terlalu kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang atau mikroskop biasa. Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya datang dengan sudut hambur besar, dan bila konsentrasi besar maka cahaya tidak dapat menembusnya.
Cahaya yang dilewatkan pada koloid dapat diserap dan dihamburkan oleh partikel. Bila agak pekat maka koloid tampak seperti awan dan jika sangat encer akan tampak transfaran. Contoh koloid transfaran adalah dispersi koloid kanji encer dalam air. Perbedaan antara koloid dapat dipelajari dengan cara melewatkan cahaya. Pada koloid, jalannya sinar dapat terlihat karena cahaya dihamburkan, dan fenomena ini disebut efek Tyndall. Pada larutan, partikel zat terlarut terlalu kecil sehingga tidak dapat menghamburkan cahaya, oleh karena itu tidak dapat menunjukkan efek Tyndall.
1.3 Tekanan Uap Larutan
Efek pembuatan suatu larutan pada sifat kimia komponen-komponennya adalah kecil. Contohnya, Na akan bereaksi dengan air menghasilkan Na+ bila dimasukkan ke dalam larutan, dan akan memberikan hasil yang sama bila Na dimasukkan ke dalam air destilasi. Tetapi sifat fisik zat sering berubah bila menjadi bagian dari larutan. Contohnya, air akan membeku dan dapat meretakkan blok mesin mobil bila t=0°C, tetapi air yang sama tidak akan membeku pada t=0°C bila ke dalamnya ditambahkan etilen glikol, yang disebut zat anti beku.
Salah satu sifat fisik larutan yang dapat dipengaruhi oleh zat terlarut adalah tekanan uap. Jika zat terlarut adalah non-volatile (zat yang tidak mudah menguap) maka tekanan uap pelarut turun. Jika zat terlarut dikeluarkan maka tekanan kesetimbangan yang disebabkan olen uap pelarut, Plarutan, berbanding lurus dengan fraksi mol pelarut, Xpelarut, gambar 1.9, dan dikenal dengan hukum Raoult:

dengan P°pelarut adalah tekanan uap pelarut murni.
Gambar 1.9. Grafik hubungan tekanan uap dengan fraksi mol pelarut adalahberbanding lurus
Contoh 1:
Suatu larutan mengandung 95% air dan 5% gula, tentukan tekanan uap larutan. Tekanan uap air adalah 1 atm.
Penyelesaian:
Berdasarkan komposisi larutan maka fraksi mol pelarut, Xpelarut = 0,95. Pada temperatur dimana tekanan uap air adalah l atm, tekanan larutan di atas adalah,
P larutan = 0,95 x l atm = 0,95 atm
Hukum Raoult dapat dijelaskan dengan mudah dari sudut pandang molekul. Misalnya, kita membuat larutan dari zat terlarut non-volatile dengan fraksi mol pelarut sebesar 0,6. Pada larutan terdapat 60% molekul pelarut, sehingga untuk permukaan dengan luas tertentu terdapat 60% molekul pelarut dan 40% molekul zat terlarut. Ini berarti hanya 60% molekul yang dapat menguap dibandingkan dengan pelarut murninya, sehingga tekanan uap larutan turun hingga 60% dari tekanan uap pelarut. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan hukum Raoult.
1.3.1 Larutan lebih dari satu komponen volatile
Pada beberapa larutan, seperti benzena dan CCl4, pelarut dan zat terlarut adalah mudah menguap. Dalam hal ini uap mengandung kedua jenis zat dan tekanannya adalah jumlah tekanan parsial masing-masing komponen. Tekanan parsial juga memenuhi hukum Raoult, sehingga bila ada komponen A dan B maka tekanan parsial A dan B masing-masing PA dan PB adalah
(1.2a)
(1.2b)
dan tekanan total adalah
(1.3)
1.3.2 Larutan ideal dan non-ideal
Bila digambarkan hubungan antara PA dengan XA, PB dengan XB, dan PT yaitu penjumlahan PA dan PB, maka diperoleh garis lurus, gambar 1.10. Pasangan dua komponen zat yang mudah menguap membentuk larutan dengan sifat seperti pada gambar l.10 disebut larutan ideal. Salah satu contoh larutan yang mendekati sifat demikian adalah pasangan benzena-CCl4.

Gambar 1.10. Grafik tekanan uap sistem dua komponen larutan idea
Gambar 1.11. Grafik tekanan uap sistem dua komponen larutan non ideal: (a) deviasi negatip, (b) deviasi positip.
Uraian tambahan 4:
Kompetisi interaksi zat terlarut…pelarut, zat terlarut…zat terlarut, dan pelarut…pelarut campuran volatile-volatile (A-B) dapat digambarkan dengan H2O…C2H5OH, C2H5OH…C2H5OH, dan H2O…H2O, gambar 1.12, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
(a) E=-22,740 kJ/mol
(b) E=-23,850 kJ/mol
(c) E=-23,183 kJ/mol

Gambar 1.12. Interaksi (a) H2O…C2H5OH, (b) C2H5OH…C2H5OH, dan (c) H2O…H2O, masing-masing dengan energi -22,740, -23,850, dan -23,183 kJ/mol
Uraian tambahan 5:
Contoh lain campuran volatile-volatile (A-B) adalah H2O…C2H6O, C2H6O…C2H6O, dan H2O…H2O, gambar 1.13, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
(b)E=-21,887 kJ/mol
(c) E=-7,539 kJ/mol

Gambar 1.13. Interaksi (a) H2O…C2H6O, (b) C2H6O…C2H6O, masing-masing dengan energi -21,887 dan -7,539 kJ/mol
Uraian tambahan 6:
Potensial interaksi H2O…C2H5OH, C2H5OH…C2H5OH, dan H2O…H2O, dapat digambarkan dengan gambar 1.14, yang diperoleh dengan pemodelan perhitungan komputasi (1):
(a)                                                     (b)
(c)
Gambar 1.14. Potensial Interaksi (a) H2O…H2O, (b) H2O…C2H6O, dan (c) C2H6O…C2H6O
Dari hasil percobaan, hanya sedikit campuran volatile-volatile (A-B) pada semua komposisi yang memenuhi hukum Raoult. Biasanya tekanan uap terukur lebih besar atau lebih kecil dari perkiraan hukum Raoult. Jika tekanan uap lebih besar dari perkiraan hukum Raoult maka disebut deviasi positip, gambar 1.11(a), jika lebih rendah disebut deviasi negatip, gambar 1.11(b).
Sifat non-ideal larutan disebabkan oleh kekuatan relatif tarik-manarik antara molekul zat terlarut dan pelarut. Bila gaya tarik-menarik antara zat terlarut…pelarut lebih lemah dari gaya tarik-menarik antara zat terlarut…zat terlarut atau antara pelarut…pelarut maka partikel zat terlarut atau pelarut lebih kuat terikat dalam keadaan murni dari pada dalam larutan. Dengan demikian kecenderungan meninggalkan sistem lebih besar pada larutan daripada zat terlarut murni atau pelarut murni. Akibatnya, tekanan parsial lebih besar dari perkiraan hukum Raoult sehingga tekanan uap total lebih besar dari yang diperkirakan. Sistem ini disebut memperlihatkan deviasi positip. Hal sebaliknya akan dihasilkan bila tarik-menarik zat terlarut…pelarut lebih besar daripada tarik-menarik zat terlarut…zat terlarut dan pelarut…pelarut. Sistem ini disebut memperlihatkan deviasi negatip.
Bila molekul tarik-menarik maka dapat membebaskan atau menyerap panas. Dengan kata lain, terdapat korelasi antara panas larutan dan deviasi dari hukum Raoult.
1.3.3 Destilasi terfraksinasi
Sifat tekanan uap larutan dapat dimanfaatkan pada proses pemisahan, dan disebut destilasi. Bila ingin memisahkan NaCl dari air untuk mendapatkan air murni maka dapat dilakukan dangan menguapkan pelarut air dan kemudian dikondensasikan. Proses ini disebut destilasi biasa. Bila pemisahan dilakukan pada campuran komponen yang mudah menguap, cara yang digunakan agar dapat berhasil memisahkan semua komponen-komponen campuran disebut destilasi terfraksi. Teori proses pemisahan dengan cara destilasi dibahas lebih mendalam pada matakuliah kimia fisik, sedangkan pengalaman pemisahan dangan cara destilasi dapat diperoleh pada matakuliah praktikum kimia organik.
1.4 Penurunan Titik Beku dan Kenaikan Titik Didih
Pada sub-bab 1.3 telah dibahas bahwa zat tarlarut non-volatile dapat menurunkan tekanan uap larutan. Fenomena penambahan zat terlarut non-volatile juga mempengaruhi sifat-sifat fisik larutan seperti titik beku dan titik didih.
Gambar 1.15 memperlihatkan diagram fasa air. Dari grafik ini dapat dibaca titik beku dan titik didih normal. Titik beku normal, Tb, adalah temperatur dimana garis kesetimbangan padat-cair memotong garis tekanan 1 atmosfer, sedangkan titik didih normal adalah temperatur dimana garis kesetimbangan gas-cair memotong garis tekanan 1 atmosfer.

Gambar 1.15. Diagram fasa air: (a) grafik garis (─) pelarut murni, (b) grafik titik-titik (…) larutan.
Pada gambar 1.15 dapat juga diplot kurva tekanan uap larutan yang mengandung zat terlarut non-volatile. Pada temperatur berapa pun, tekanan uap larutan lebih rendah dari pelarut murni. Pada larutan, temperatur untuk mencapai tekanan 1 atmosfer lebih besar daripada pelarut murni. Dengan kata lain, titik didih larutan, Td-l, lebih tinggi daripada pelarutnya, Td-p. Pada gambar terlihat bahwa besarnya kenaikan titik didih didefinisikan dengan ΔTd, yaitu Td-l dikurangi Td-p.
Pada gambar 1.15 juga ditemukan titik tripel baru, Tr’, yang terjadi pada perpotongan kurva tekanan uap larutan dengan kurva tekanan uap padatan untuk pelarut murni. Biasanya, partikel zat terlarut tidak dapat masuk ke kisi yang terbentuk karena pembekuan pelarut, sehingga padatan yang terbéntuk adalah pelarut murni. Akibatnya, kurva tekanan uap bagian padatan untuk larutan dan pelarut adalah berimpitan. Garis kesetimbangan padat-cair, yang menyatakan titik beku sebagai fungsi tekanan, diperoleh dari titik tripel. Karena titik tripel baru untuk larutan berada di kiri pelarut murni maka titik beku larutan lebih rendah daripada pelarut murni. Besarnya penurunan titik beku ini didefinisikan dengan ΔTb, yaitu Tb-l dikurangi Tb-p.
Jadi, adanya zat terlarut akan memperbesar daerah cairan diagram fasa larutan dengan cara kenaikan titik didih dan penurunan titik beku. Salah satu penggunaan paling umum fenomena ini adalah pemakaian larutan anti beku (antifroezo) di dalam radiator mobil. Zat terlarut yang biasa digunakan adalah etilen glikol, C2H4(OH)2, yang larut sempurna dalam air dan mempunyai tekanan uap sangat rendah. Pada musim dingin, etilen glikol melindungi mobil melalui poncegahan pembekuan air dalam radiator. Pada musim panas, zat anti beku juga melindungi radiator dari pendidihan yang lebih mudah bila diisi dengan air murni. Pada larutan encer, besarnya kenaikan titik didih dan penurunan titik beku tergantung pada molalitas zat terlarut dalam larutan,
dengan Kd dan Kb masing-masing adalah konstanta kenaikan titik didih dan penurunan titik beku molal, dan khas untuk setiap pelarut, tabel 1.3.
Contoh 2:
Tentukan titik didih dan titik beku larutan 1 mol gula dalam 1000 g air. Konstanta Kd dan Kb masing-masing adalah 0,51 dan 1,86, tabel 1.3.
Penyelesaian:
Berdasarkan komposisi larutan maka konsentrasi molal larutan, m = 1. Pada tekanan l atm, titik didih dan titik beku air masing-masing adalah 100 oC dan 0 oC. Kenaikan titik didih dan penurunan titik beku masing-masing adalah:
Titik beku turun 1,86 °C dan titik didih naik 0,51°C. Larutan membeku pada -0,86 °C dan mendidih pada 100,51 °C bila tekanan udara 1 atm.
Tabel 1.3. Harga konstanta Kd dan Kb beberapa pelarut
Massa molekul dapat ditentukan melalui pengukuran penurunan titik beku dan kenaikan titik didih. Bila zat terlarut adalah non-volatile maka dapat menghasilkan efek-efek pada larutan yaitu: (a) penurunan tekanan uap, (b) penurunan titik beku, dan (c) kenaikan titik didih. Sifat-sifat larutan yang tergantung hanya pada jumlah relatif partikel zat terlarut dan pelarut disebut sifat-sifat koligatif larutan.
Pada sifat koligatif larutan yang penting adalah konsentrasi atau jumlah relatif dan bukan jumlah absolut. Oleh karena itu fenomena ini dapat digunakan untuk mengukur massa molekul zat.
1.5 Tekanan Osmosa
Proses dimana pelarut bergerak dari larutan encer ke larutan lebih pekat melalui lapisan atau film tipis yang secara selektif dapat melewatkan pelarut tetapi menahan zat terlarut disebut osmosis. Lapisan tipis demikian disebut membran semipermiabel. Contohnya adalah jenis kertas dari kulit dan zat anorganik seperti gelatin. Proses yang sama seperti osmosis, tetapi disamping dapat melewatkan pelarut juga dapat melewatkan ion dan molekul kecil kecuali molekul besar seperti protein (polimer asam amino), tabel 1.4, disebut dialisis. Dialisis biasanya terjadi pada dinding sel tumbuhan dan hewan. Jadi proses osmosis adalah proses dialisis terbatas.
Pada proses osmosis terdapat gerakan untuk menyamakan konsentrasi antara dua larutan yang bersentuhan satu sama lain melewati membran. Kecepatan bergerak molekul pelarut melalui membran ke arah larutan yang pekat adalah lebih besar daripada kecepatan bergerak ke arah yang berlawanan, diduga karena konsentrasi pelarut pada permukaan membran lebih besar di sisi larutan encer, gambar 1.16.
Gambar 1.16. Proses osmosis: →, pergerakan pelarut melalui membran (…).
Tabel 1.4. Struktur Lewis beberapa asam amino (9-10)
*) Dibahas pada matakuliah Analisis Organik dan Spektroskopi Kimia
Hal yang sama akan terjadi pada sistem dua larutan dengan konsentrasi zat terlarut non-vo1atile tidak sama yang ditempatkan dalam ruang tertutup, gambar 1.17. Kecepatan penguapan larutan encer lebih besar daripada larutan pekat, tetapi kecepatan kembali ke masing-masing larutan adalah sama (kedua larutan bersentuhan dengan fasa gas yang sama). Akibatnya, kedua larutan tidak setimbang dengan uapnya. Pada larutan encer kecepatan penguapan lebih besar daripada kondensasi, tetapi pada larutan pekat kecepatan kondensasi lebih besar daripada penguapan. Secara keseluruhan adalah perpindahan pelarut dari larutan encer ke larutan pekat hingga kedua larutan mencapai konsentrasi yang sama.
Gambar 1.17. Tekanan uap larutan encer lebih besar daripada larutan pekat menyebabkan pergerakan pelarut melalui membran.
Eksperimen osmosis dapat dilakukan dengan menggunakan alat seperti pada gambar l.18, dengan menempatkan larutan di bagian tengah dan pelarut murni di bagian luar, sehingga aliran total yaitu pelarut ke dalam larutan melalui dinding semipermiabel akan menaikkan volume bagian dalam. Proses ini menyebabkan tinggi cairan dalam kolom kapiler naik. Cairan dalam kolom kapiler yang naik melebihi permukaan pelarut akan menghasilkan tekanan sama seperti merkuri dalam barometer. Tekanan ini cenderung meningkatkan kecepatan aliran pelarut dari larutan ke pelarut murni, sehingga kecepatan total osmosis menurun jika tinggi cairan makin naik. Pada akhirnya proses osmosis berhenti, dan tekanan di dalam larutan pada titik setimbang ini, yang sebanding dengan ketinggian cairan dalam kapiler, h, disebut tekanan osmosis larutan, π.
Gambar 1.18. Metode penguluran tekanan osmosis.
Untuk larutan encer, tekanan osmosis sebanding dengan molaritas, M, dengan konstanta proporsional RT dimana R adalan tetapan gas dan T adalah temperatur absolut, atau:
Contoh 3:
Tentukan tekanan osmosis larutan 0,01 mol/l pada T kamar (298 K).
Penyelesaian:
Tekanan osmosis larutan adalah:
Tekanan ini cukup untuk mendorong naiknya air dalam kolom setinggi 8,1 kaki.
Tekanan osmosis sangat besar meskipun larutannya cukup encer. Karena tekanan osmosis berubah sangat besar hanya dengan perubahan konsentrasi yang sangat kecil, maka sangat penting untuk diperhatikan agar fluida yang ditambahkan ke dalam tubuh secara intravena tidak mengubah tekanan osmosis darah. Jika fluida darah terlalu encer, tekanan osmosis dalam sel darah dapat merusak sel darah itu sendiri. Sebaliknya, jika fluida darah terlalu pekat, air akan berdifusi keluar sel dan tidak dapat berfungsi lagi. Oleh sebab itu, perhatikan agar larutan yang digunakan mempunyai tekanan osmosis yang sama dengan larutan dalam sel. Larutan demikian disebut larutan isotonik.
Perbedaan tekanan osmosis yang besar antara dua larutan dengan perbedaan konsentrasi kecil, dapat dimanfaatkan sebagai metoda penentuan massa molekul polimer yang sangat besar (polimer sintetik atau biologis). Penentuan massa molekul juga dapat ditentukan dengan penurunan titik beku dan kenaikan titik didih.
Contoh 4:
Tentukan penurunan titik beku larutan dengan massa zat terlarut 15 g dan massa molekul 30.000 dalam 1000 g air.
Penyelesaian:
Konsentrasi larutan adalah 0,0005 molal. Penurunan titik beku larutan adalah:
Penurunan temperatur sebesar ini boleh dikatakan tidak terdeteksi atau tidak terukur.
Contoh 5:
Tentukan tekanan osmosis larutan dengan massa zat terlarut 15 g dan massa molekul 30.000 dalam 1000 g air.
Penyelesaian:
Pelarut adalah air dan sangat encer maka molalitas sama dengan molaritas. Tekanan osmosis larutan pada temperatur kamar (298 K) adalah:
Tekanan osmosis 0,012 atm setara dengan 9,1 mmHg. Jika larutan mempunyai kerapatan 1 g/mL, maka tekanan ini dapat menghasikan ketinggian larutan dalam kolom 12,3 cm. Ketinggian sebesar ini mudah diukur, sehingga metoda pengukuran tekanan osmosis sangat baik digunakan untuk menentukan massa molekul yang besar.
1.6 Osmosa Balik dan Pemurnian Air
Proses osmosis dapat dibalik jika diberikan tekanan dari luar yang lebih besar dari tekanan osmosis. Fenomena ini dapat digunakan untuk pemurnian air, khusus desalinasi air laut, dengan alat seperti pada gambar 1.19. Jika tidak ada tekanan diberikan dari luar ke dalam larutan air garam, osmosis akan memindahkan air ke dalam larutan dan berangsur-angsur bertambah encer. Bila diberikan tekanan dari luar, P, yang lebih besar dari tekanan osmosis, maka osmosis digerakkan pada arah berlawanan yaitu dari larutan ke air murni.
Tekanan yang diperlukan untuk proses osmosis balik cukup besar sehingga diperlukan membran yang mampu menahan tekanan. Bahan untuk ini adalah film selulosa asetat. Selulosa asetat adalah permiabel terhadap air tetapi tidak permiabel terhadap ion-ion dan pengotor dalam air laut. Perusahaan desalinasi dapat menghasilkan 3.000.000 galon air segar per hari.
1.7 Larutan Elektrolit
Hingga sub-bab 1.7 pembahasan dibatasi pada larutan non-e1ektrolit. Sifat koligatif larutan tergantung pada jumlah partikel yang ada pada larutan. Bila 1 mol larutan non-elektrolit seperti gula dimasukkan ke dalam air akan menghasilkan 1 mol partikel dan membeku pada 1,86 °C di bawah titik beku air murni. Tetapi 1 mol larutan e1ektrolit seperti NaCl mengandung 2 mol partikel yaitu 1 mol Na+ dan 1 mol ion Cl- sehingga secara teoritik titik bekunya turun dua kali larutan gula atau sebesar 3,72 °C bila dilarutkan dalam 1000 g air. Satu molal larutan CaC12 di dalam 1000 g air mengalami penurunan titik beku 3 kali dari larutan 1 molal glukosa.
Gambar 1.19. Proses osmosis balik dengan tekanan P: →, pergerakan pelarut melalui membran (…) dari air laut menuju air segar.
1.8 Koloid
Zat terlarut dalam larutan yang telah dibahas hingga pada sub bab 1.7 adalah ion-ion atau molekul-molekul kecil. Ion atau molekul demikian membentuk larutan homogen dengan pelarut. Ion atau molekul demikian tidak mengendap dari larutan, atau tenggelam ke dasar larutan, setelah dalam selang waktu tertentu. Gaya gravitasi kecil dibandingkan dengan energi kinetik molekul dalam larutan. Jika zat terlarut menjadi lebih besar, pada titik tertentu zat terlarut mulai mengendap, atau tenggelam ke dasar pelarut.
Gaya-gaya gravitasi lebih besar dibandingkan dengan energi kinetik molekul dalam larutan. Dalam hal ini, larutan tidak homogen lagi, tetapi adalah campuran heterogen. Sifat lain molekul zat terlarut ukuran besar, atau komponen dengan berat molekul besar dalam campuran, adalah interaksi molekul demikian dengan cahaya. Interaksi cahaya dengan molekul dapat mengeksitasi elektron dan menghasilkan emisi foton. Jadi cahaya dihamburkan dengan berinteraksinya dengan molekul. Jika sampel adalah homogen, maka gelombang cahaya sekunder ini menunjukkan interferensi konstruktif dan destruktif yang acak dan homogen dalam semua arah. Hasil keseluruhan adalah bahwa gelombang cahaya sekunder adalah terang.
Jika sampel tidak homogen, dalam hal ukuran partikel terhadap panjang gelombang cahaya, maka gelombang cahaya sekunder mempunyai interferensi konstruktif dan destruktif tidak homogen. Hasilnya adalah bahwa cahaya tampak terhamburkan pada arah acak, dan sampel adalah tak tembus cahaya, dan larutan koloid tampak seperti awan.
Tabel 1.5. Jenis-Jenis Koloid (11,12)
1.9 Kestabilan Dispersi Koloid
Agar koloid tetap stabil (tidak mengendap atau menggumpal), maka partikel-partikelnya harus dicegah agar tidak melekat (berinteraksi) satu dengan yang lain setelah bertumbukan. Jika melekat maka ukuran partikel bertumbuh makin basar dan berangsur-angsur terpisah dari campuran. Koloid emulsi (cairan terdispersi dalam cairan) akan stabil bila ditambahkan zat pengemulsi. Dua contoh koloid emulsi adalah susu dan buah selada. Kedua jenis koloid di atas adalah dispersi minyak dalam air. Minyak dan air adalah dua cairan (masing-masing non polar dan polar) yang tidak saling barcampur, dan setelah campuran diaduk akan cenderung terpisah dengan cepat menjadi dua fasa terpisah. Pada buah selada pemisahan ini dicegah dengan penambahan kuning telur yang membentuk lapisan pelindung di sekitar tetesan-tetesan minyak. Kuning telur berfungsi sebagai penstabil koloid emulsi buah selada. Pada susu zat pengemulsi adalah kasein.
Koloid dari zat padat yang terdispersi dalam cairan (sol) biasanya distabilkan dengan adsorpsi ion pada permukaan partikel koloid. Contohnya adalah sol berwarna merah yang terbentuk jika larutan FeC13 ditambahkan ke dalam air mendidih. Koloid dapat menjadi tidak stabil dengan menghilangkan pengaruh zat penstabil. Bila ini dilakukan maka partikel akan berkumpul dan bertumbuh makin besar hingga akhirnya terpisah atau terkoagulasi.
Sol yang terbentuk dari oksida Fe(III) terhidrat dapat dikoagulasi dengan penambahan elektrolit yang mampu menetralkan muatan pada permukaan partikelnya. Contohnya, penambanan larutan yang mengandung ion fosfat akan mengendapkan sol Fe(III). Ion PO43+ yang bermuatan negatif berkumpul di sekitar ion Fe3+ yang bermuatan positif yang ada pada parmukaan partikel koloid. Penetralan muatan pada partikel koloid menyebabkan partikel bertumbukan dan bertumbuh dan akhirnya akan mengendap.
Soal-Soal
1. Jelaskan proses pelarutan pada tingkat molekul zat padat dalam cairan.
2. Jelaskan “like dissolves like” berdasarkan gaya-gaya intermolekul.
3. Apa yang dimaksud dengan larutan. Apa faktor yang mempengaruhi terjadinya larutan? Berikan dua contoh larutan yang melibatkan: (a) interaksi dipol ion dan (b) gaya-gaya dispersi.
4. Proses larutan dapat terjadi secara eksoterm. Berikan uraian interpretasi molekular proses tersebut.
5. Jelaskan mengapa proses larutan akan menuju kenaikan ketidakteraturan.
6. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan zat padat dalam cairan.
7. Apa yang dimaksud dengan: dua cairan adalah miscible.
8. Mengapa naftalen lebih larut dari pada CsF dalam benzena.
9. Jelaskan mengapa etanol tidak larut dalam sikloheksana.
10. Susunlah senyawa-senyawa berikut berdasarkan kenaikan kelarutan dalam air: O2, LiCl, Br2, dan metanol.
11. Jelaskan variasi kelarutan alkohol berikut dalam:
Senyawa Kelarutan dalam air, 20oC, g/100 g
CH3OH ∞
CH3CH2OH ∞
CH3CH2CH2OH ∞
CH3CH2CH2CH2OH ∞
CH3CH2CH2CH2CH2OH 2,7
12. Sebutkan dan jelaskan alkohol mana pada daftar soal 11.11 yang diharapkan dapat menjadi pelarut terbaik untuk setiap senyawa berikut: I2, KBr, dan CH3CH2CH2CH2CH3.
13. Garam NaCl dan CaCl2 digunakan untuk melelehkan es di jalan raya dan pejalan kaki pada musim dingin. Apa keuntungan kedua garam ini dibandingkan dengan sukrosa dan urea untuk menurunkan titik beku air?
14. Apa yang dimaksud dengan polusi termal? Apa bahayanya pada kehidupan di dalam air?
15. Seorang siswa mengamati dua buah beker gelas berisi air. Beker gelas pertama dipanaskan hingga 30 oC sedangkan beker gelas yang kedua hingga 100 oC. Pada masing-masing beker terbentuk gelembung dalam air. Apakah gelembung pada kedua beker ini mempunyai sumber yang sama? Jelaskan.
16. Sebuah beker gelas mula-mula jenuh dengan udara terlarut. Jelaskan apa yang terjadi bila gas He pada 1 atm digelembungkan melalui larutan dalam waktu yang cukup lama.
17. Seorang ahli kimia forensik memperoleh sampel bubuk putih untuk dianalisis. Dia melarutkan 0,5 g zat terzebut di dalam 8,0 g benzena. Larutan membeku pada 3,9 oC. Apakah ahli kimia tersebut dapat menyimpulkan bahwa senyawa dalam bubuk adalah kokain (C17H21NO4)? Asumsi apa yang harus dibuat pada analisis tersebut.
18. Jelaskan mengapa cairan yang digunakan pada injeksi intravena harus sama dengan tekanan osmosis darah?
19. Jelaskan mengapa amonia (NH3) sangat larut dalam air, tetapi tidak untuk nitrogen triklorida (NCl3).
20. Jika soft drink kaleng digoncang dan kemudian dibuka, minuman akan keluar secara tiba-tiba. Tetapi, jika setelah digoncang kaleng dipukul-pukul beberapa kali dengan sendok logam tidak terjadi ledakan minuman. Jelaskan, mengapa?
21. Ikan di lautan antartika berenang di dalam air pada suhu sekitar -2 oC. (a) Untuk mencegah pembekuan darah pada ikan, berapa seharusnya konsentrasi darah (molal)? Apakah ini adalah konsentrasi fisiologis yang sesuai? (b) Baru-baru ini, ahli telah menemukan sejenis protein khusus di dalam darah ikan yang meskipun konsentrasinya sangat kecil (≤0,001 m), tetapi mampu mencegah pembekuan darah. Jelaskan mekanisme tersebut.
22. Obat dengan time-release mempunyai keuntungan dalam melepaskan obat ke dalam tubuh yaitu pada kecepatan konstan. Akibatnya konsentrasi obat setiap saat tidak terlalu tinggi untuk menyebabkan efek samping membahayakan atau terlalu sedikit sehingga tidak efektif. Skema diagram di bawah ini menunjukkan cara bekerja pil obat dengan time-release. Jelaskan bagaimana pill bekerja.

Temodinamika

Termodinamika

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Langsung ke: navigasi, cari
Sebuah sistem termodinamika
Sebuah sistem termodinamika
Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = ‘panas’ and dynamic = ‘perubahan’) adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan mekanika statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal.
Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi, termodinamika klasik tidak berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses reaksi berlangsung). Karena alasan ini, penggunaan istilah “termodinamika” biasanya merujuk pada termodinamika setimbang. Dengan hubungan ini, konsep utama dalam termodinamika adalah proses kuasistatik, yang diidealkan, proses “super pelan”. Proses termodinamika bergantung-waktu dipelajari dalam termodinamika tak-setimbang.
Karena termodinamika tidak berhubungan dengan konsep waktu, telah diusulkan bahwa termodinamika setimbang seharusnya dinamakan termostatik.
Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak bergantung kepada rincian dari interaksi atau sistem yang diteliti. Ini berarti mereka dapat diterapkan ke sistem di mana seseorang tidak tahu apa pun kecual perimbangan transfer energi dan wujud di antara mereka dan lingkungan. Contohnya termasuk perkiraan Einstein tentang emisi spontan dalam abad ke-20 dan riset sekarang ini tentang termodinamika benda hitam.

<!–
//
// –>

Konsep dasar dalam termodinamika

Pengabstrakan dasar atas termodinamika adalah pembagian dunia menjadi sistem dibatasi oleh kenyataan atau ideal dari batasan. Sistem yang tidak termasuk dalam pertimbangan digolongkan sebagai lingkungan. Dan pembagian sistem menjadi subsistem masih mungkin terjadi, atau membentuk beberapa sistem menjadi sistem yang lebih besar. Biasanya sistem dapat diberikan keadaan yang dirinci dengan jelas yang dapat diuraikan menjadi beberapa parameter.

Sistem termodinamika

Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah batasan yang nyata atau imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya, yang disebut lingkungan. Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan pada sifat batas sistem-lingkungan dan perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem dan lingkungan.
Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan lingkungan:
  • sistem terisolasi: tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungan. Contoh dari sistem terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.
  • sistem tertutup: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran benda dengan lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem tertutup di mana terjadi pertukaran panas tetapi tidak terjadi pertukaran kerja dengan lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau keduanya biasanya dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:
    • pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.
    • pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.
  • sistem terbuka: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan lingkungannya. Sebuah pembatas memperbolehkan pertukaran benda disebut permeabel. Samudra merupakan contoh dari sistem terbuka.
Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem.

Keadaan termodinamika

Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem).
Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan. Properti yang tidak tergantung dengan jalur di mana sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti, yang merupakan fungsi keadaan.
Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan dari sistem tertentu ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan properti sistem yang lebih besar, dari jumlah minimal tersebut.
Pengembangan hubungan antara properti dari keadaan yang berlainan dimungkinkan. Persamaan keadaan adalah contoh dari hubungan tersebut.

Hukum-hukum Dasar Termodinamika

Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:
  • Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika
Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.
  • Hukum Pertama Termodinamika
Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.
  • Hukum kedua Termodinamika
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.
  • Hukum ketiga Termodinamika
Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.